Abdurrahman bin Auf, sosok saahbat penuh keteladanan, kalau ada contoh sosok yang dunia mengejar dan mengemis padanya, ialah orangnya. Ia adalah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Di mekkah, ia adalah pengusaha kaya raya yang dermawan. Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf meninggalkan semua hartanya, ia pergi tanpa membawa apa-apa.
Madinah saat itu adalah kota yang belum sepenuhnya siap untuk dihijrahi. Madinah, kota yang bertahun-tahun hidup dalam perang dan konflik, kota yang menjadi endemi penyakit, kota yang saat itu memiliki indeks pendidikan yang rendah, karena banyaknya buta huruf di kalangan Masyarakat Madinah. Dengan hadirnya sahabat Muhajirin dari Mekkah, yang harus memulai segalanya dari nol, menjadi kondisi yang begitu tak mudah.
Adalah Rasulullah, serorang leader yang brilian, atas izin Allah, beliau mampu menata kondisi dengan sangat baik. Salah satu kebijakan yang luar biasa saat itu adalah dipersaudarakannya Muhajirin dan Anshor. Bilal dengan Abu Ruwaihah, Abu Bakar dengan Kharija bin Zaid, Umar dengan Itsban bin Malik,termasuk Abdurrahman bin Auf yang dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi. Dalam persaudaraan tersebut mereka diwajibkan untuk saling membantu dan mengingatkan dalam kebaikan.
“Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku itu menjadi dua. Aku juga mempunyai dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka kawinilah ia..” Saad memberi tawaran tanpa bas abasi pada Abdurrahman bin Auf, sahabat yang dengannya ia dipersaudarakan.
Bayangkan, jika kita dalam kondisi nol, baru hijrah di sebuah tempat yang baru, dapat tawaran dari konglomerat kaya raya, separuh harta dan asetnya, tawaran yang begitu mendebarkan. Tapi apa jawab Abdurrahman bin Auf, , “Semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Cukup tunjukkan kepadaku dimana pasar kalian?”
Kita belajar dari Abdurrahman bin Auf tentang izzah, harga diri, dan tekad kemandirian. Memulai dengan modal awal yang cukup, tentu lebih baik daripada memulai tanpa modal. Tapi disini kita belajar bahwa kualitas diri,dan tekad, itu jauh lebih penting, dibanding hadirnya modal dalam bentuk rupiah, dinar, atau dirham.
Tak lama setelah itu, Abdurrahman bin Auf pun memutuskan untuk menikah. “Apa yang kamu gunakan untuk membayar mahar kepada istrimu?”, Sabda Rasulullah kepada Abdurrahman bin Auf. Abdurrahman bin Auf menjawab, “Emas seberat biji kurma. wahai Rasulullah.
“Sembelihlah walau hanya satu ekor kambing untuk saudara-saudara muslimmu. Semoga Allah memberikan keberkahan dalam hartamu.” Sabda Rasulullah kepada Abdurrahman bin Auf. Maka Aburrahman bin Auf pun menjalankan perintah Rasululla, dan kemudian kelak kita kenal dalam sejarah, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu orang terkaya di Madinah.